Jumat, 07 November 2014

Isu Ekonomi : Kenaikan Harga BBM, Antara Pilihan dan Janji Politik

BBM naik lagi ? Setuju atau tidakkah anda ? Setuju dan tidak setuju itu adalah pemikiran masing-masing individu melihat dari segi positif dan negatif dari segi aspek tertentu. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat Indonesia. Bayangkan hidup kita tanpa BBM. Masyarakat menjadi sangat tergantung dengan BBM, kenaikan harga sedikitpun akan membuat masyarakat resah, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Untuk harga bensin yang Rp4.500 saja masih mahal buat mereka, apalagi kalau dinaikkan Rp6.000. Kenaikan harga akan memicu banyak hal, yang paling menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat adalah naiknya harga bahan pokok yang berbanding lurus dengan harga BBM.
Sebuah keputusan yang dikeluarkan tidak ada yang sempurna. Semua memiliki sisi positif dan negatif. Tidak ada rencana yang 100% sempurna. Jadi sebenarnya, wajar saja jika mahasiswa yang mewakili masyarakat menunjukkan pendapat mereka, demonstrasi, orasi. Itu hal yang wajar. Tanpa mahasiswa yang mengekspresikan pandangan masyarakat, tidak akan ada tambahan pertimbangan oleh pemerintah. Tidak ada perubahan. Kebebasan berpendapat. Sebagai negara demokrasi itu adalah hal yang sangat wajar.
Tetapi, perlukah harga BBM dinaikkan? Jawaban saya pribadi Ya. Harga bahan bakar minyak perlu dinaikkan, mau tidak mau suatu saat harga bahan bakar minyak naik. Mahasiswa yang berdemonstrasi dapat berhasil untuk menggugah hati pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM sekarang, tetapi mungkin tahun depan, atau beberapa tahun kedepan, issue ini akan muncul lagi dan hal yang familiar akan melanda negara kita lagi: demonstrasi, aksi anarkis, boikot jalan, kenaikan harga bahan pokok dan lain-lain. Sampai kapan akan terus begini?
Kenapa harga BBM perlu dinaikkan? Terkadang, kita harus berani melihat jauh ke depan. Masyarakat yang tidak setuju dengan kenaikan BBM juga benar. Mereka khawatir tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Mereka khawatir tidak dapat makan. Dengan harga Rp4.500 per liter tingkat kemiskinan di Indonesia sudah tinggi, apalagi dengan harga Rp6.000 kan?
Tetapi, jika kita melihat dari segi lingkungan dampak positif yang dihasilkan sangat besar. Lingkungan di sekitar kita akan menjadi jauh lebih baik, tentunya kita mau anak cucu kita merasakan bumi yang lebih baik daripada kita sekarang saat ini kan? Bukannya membandingkan, tetapi setelah tinggal setahun di negara maju, saya melihat dampak yang sangat baik yang dihasilkan dengan tingginya harga BBM. Dengan harga yang dinaikkan 100% dari harga aslinya (2 kali lipat), masyarakat semakin menghargai yang namanya Transportasi Umum. Masyarakat akan berpikir dua kali jika ingin menggunakan mobil pribadi, karena menggunakan transportasi umum akan jauh lebih murah. Tentunya ini akan berpengaruh kepada global warming kan? Tidak sadarkah kita akan perubahan lingkungan yang lumayan ekstrim di negara kita? Pro kontra diluar sana kian membara bagai angin melewati kita. tidak usah risau dan tidak usah galau, mari kita lihat cuplikan info berikut agar kita dapat mengetahui info terbaru mengenai kenaikan harga BBM yang sedang booming di bicarakan :D
JAKARTA, KOMPAS.com – Pendekatan baru lima tahun ke depan telah jelas disampaikan dalam pidato usai pembacaan sumpah Presiden 2014-2019.

Pertama, pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla akan mewujudkan kemandirian ekonomi. Kedua, dalam membangun ekonomi, Presiden Jokowi-Wapres JK menjanjikan bukan sekadar menciptakan stabilitas makroekonomi dan ikhlim usaha yang sehat, tetapi menggunakan pendekatan hands-on dalam menggerakkan sektor riil dengan mengikutsertakan seluruh pelaku bisnis.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Hendri Saparini mengatakan muncul sejumlah pertanyaan bagaimana pemerintah Jokowi-JK mewujudkan janji politik tersebut seiring dengan rencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

“Setiap kali terjadi perubahan kebijakan terutama untuk administered prices, yang pasti itu adalah pilihan politik. Jadi tidak hanya pertimbangan ekonomi tapi juga politik, seperti kenaikan harga BBM,” kata Hendri ditemui usai mengisi seminar 'Economic Outlook: Indonesia 2015 and Beyond: Reinventing Economic Priorities', Jakarta, Kamis (6/11/2014).

Hendri memastikan kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan dampak amat besar terhadap perekonomian. Kenaikan harga BBM bersubsidi tidak semata-mata dilakukan dengan pertimbangan waktu, yakni dilakukan pada inflasi rendah. Pasalnya, pada dasarnya secara kumulatif dampak dari kenaikan harga BBM kan akan dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Hendri menyampaikan, Jokowi-JK berkali-kali mengatakan akan menggunakan pendekatan ekonomi yang berbeda, yakni kemandirian ekonomi, di mana melibatkan seluruh pelaku bisnis, termasuk pelaku bisnis mikro. Padahal, lanjut dia, pelaku bisnis mikro tersebut pasti akan terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.

“Pertanyaannya, desain kebijakan kompensasi seperti apa untuk mengeliminir dampak negatifnya tadi?,” imbuh dia.

Lebih lanjut Hendri menuturkan, kalau pemerintah Jokowi-JK nyatanya tidak memiliki desain tersebut, maka pilihan politik menaikkan harga BBM bersubsidi akan memberikan dampak negatif, sama dengan pilihan politik pemerintahan sebelumnya.

“BBM dinaikkan tetapi akan meningkatkan jumlah kemiskinan dan pengangguran. Ini akan menjadi ongkos yang mahal lagi bagi APBN. Jadi, makanya bagi saya ini harus ada perhitungan yang betul-betul, apa desain kebijakan yang akan dilakukan,” tukas Hendri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar